RSS Feed

Sabtu, 16 April 2011

Mooi Indie

Mooi Indie
Dalam kelanjutan perjalanan sejarah seni lukis baru Indonesia, setelah wafatnya Reden Saleh sebagai orang pribumi yang menjadi perintis seni lukis indonesia muncul beberapa pelukis yang terpengaruh oleh gaya melukis Raden Salah. Akan tetapi terdapat perbedaan objek dalam karya-karya pelukis yang muncul setelah Raden saleh yaitu Mooi Indie. Objek dari lukisan Raden Saleh adalah peristiwa yang pernah terjadi sedangkan pada karya pelukis yang munncul setelah Randen Saleh objeknya berupa keadaan di sekeliling dari sudut pandang yang molek, cantik, permai dalam memuja alam di Indonesia.
Era munculnya pelukis-pelukis baru setelah wafatnya Raden Salah dimulai dari tahun 1908 hingga 1937. Pada era ini pelukisnya didominasi oleh orang-orang dari golongan ningrat atau bangsawan yang yang lingkukangan pergaulannya berada di sekitar para petinggi pemerintah Hindia-Belanda. Para pelukis itu antara lain : Abdullah Soeriosoebroto, Raden Mas Pringadi, dan wakidi.
Abdullah Soeriosoebroto merupakan pelukis yang memilih Bandung sebagai temapat tinggal dan objek dalam lukisanya. Alam raya yang indah mengelilingi Bandung yang membuat Abdullah memilih Bandung, selain itu karena Bandung memiliki peranan dalam seni lukis setelah kota Jakarta.
wakidi tinggal dan berkarya di Sumatra Barat. Gunung-gunung di sekitar lembah Ngarai menjadi objek lukisan wakidi. Berkat ketrampilan dan kesabaran Wakidi dalam mencampur warna, menjadikan lukisan-lukisan wakidi memiliki nuansa yang lembut.
Raden Mas Pringadi merupakan seorang pelukis potret untuk ilustrasi penerangan antropologi. Kebiasaan pengalaman kerjanya membuat Mas Pringadi menggunakan objek alam yang berkesan tentram, tenang, dan damai. Akan tetapi, Mas Pringadi kurang mendalami karakter alam atau karakter alam sebagai objek hayati.
Lukisan-lukisan para pelukis pada era ini menarik perhatian para turis yang datang ke Indonesia yang pada waktu itu masih menjadi negara jajahan Belanda yang memiliki nama Hindia Belanda. Lukisan-lukisan tersebut oleh para turis dijadikan oleh-oleh.
Akan tetapi, muncul perlawanan dari pelukis muda yang bernama Soedjojono terhadap tema yang digunakan oleh para pelukis pada era ini. Soedjojono memberi sebutaan pada tema keindahan Indonesia dengan sebutan “Mooi Indie” yang memiliki arti Hindia molek. Menurut sekertaris PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar) itu, tema yang dibawakan oleh pelukis-pelukis tersebut tidak mencerminka keadaan indonesia yang sebenarnya, terlalu melebih-lebihkan. Menurut Soedjojono seni lukis adalah ekspresi pribadi yang mencerminkan semangat manusia yang sedang memperjuangkan ke-Indonesiaannya agar berdiri sejajar dengan negara lain, tidak mengada-ada. Para ahli sejarah seni lukis menyebut era ini dengan sebutan Mooi indie.
Soedjojono yang penah menjadi murid Mas Pringadi Mooi Indie ini memiliki pemikiran yang kritis, baik dalam hal seni lukis maupun kemasyarakatan atau kebangsaan. Soedjojo dan teman-temanya melahirkan seni lukis modern Indonesia yang memiliki visi yang jelas, semangat pembaharuan, kompetisi, dan idialisme .

pemakaman mesir kuno dan pemakaman suku -suku di indonesia

Prosesi Pemakaman
Mumi adalah sebutan mayat yang diawetkan dengan menggunakan ramuan tertentu agar bertahan abadi. Mesir merupakan daerah yang terkenal dengan mumi fir’aunnya. Sejarah tentang mesir kuno menceritakan tentang kemajuan zaman pada masa itu, pembangunan piramida oleh raja fir’aun yang berfungsi sebagai tempat persemayamannya.
Beberapa suku di indonesia memiliki persamaan dalam adat pemakaman bangsa mesri kuno. Di antaranya adalah suku Bahau di Kalimantan timur memiliki kesamaan pada konsep penguburanya, mayat dikubur dengan barang berharga, suku Toraja memiliki kesamaan dalam proses mumifikasi dan menguburkan baranga-barang berharga, demikian pula di Sumba yang juga menggunakan proses mumifikasi .
Prosesi pemakaman Mesir kuno
Orang Mesir Kuno mempertahankan seperangkat adat pemakaman yang diyakini sebagai kebutuhan untuk menjamin keabadian setelah kematian. Berbagai kegiatan dalam adat ini adalah proses mengawetkan tubuh melalui mumifikasi, upacara pemakaman, dan penguburan mayat bersama barang-barang yang akan digunakan oleh almarhum di akhirat. Sebelum periode Kerajaan Lama, tubuh mayat dimakamkan di dalam lubang gurun, cara ini secara alami akan mengawetkan tubuh mayat melalui proses pengeringan. Kegersangan dan kondisi gurun telah menjadi keuntungan sepanjang sejarah Mesir Kuno bagi kaum miskin yang tidak mampu mempersiapkan pemakaman sebagaimana halnya orang kaya. Orang kaya mulai menguburkan orang mati di kuburan batu, akibatnya mereka memanfaatkan mumifikasi buatan, yaitu dengan mencabut organ internal, membungkus tubuh menggunakan kain, dan meletakkan mayat ke dalam sarkofagus berupa batu empat persegi panjang atau peti kayu. Pada permulaan dinasti keempat, beberapa bagian tubuh mulai diawetkan secara terpisah dalam toples kanopik.
Pada periode Kerajaan Baru, orang Mesir Kuno telah menyempurnakan seni mumifikasi. Teknik terbaik pengawetan mumi memakan waktu kurang lebih 70 hari lamanya, selama waktu tersebut secara bertahap dilakukan proses pengeluaran organ internal, pengeluaran otak melalui hidung, dan pengeringan tubuh menggunakan campuran garam yang disebut natron. Selanjutnya tubuh dibungkus menggunakan kain, pada setiap lapisan kain tersebut disisipkan jimat pelindung, mayat kemudian diletakkan pada peti mati yang disebut antropoid. Mumi periode akhir diletakkan pada laci besar cartonnage yang telah dicat.
Orang kaya Mesir dikuburkan dengan jumlah barang mewah yang lebih banyak. Tradisi penguburan barang mewah dan barang-barang sebagai bekal almarhum juga berlaku pada semua masyarakat tanpa memandang status sosial. Pada permulaan Kerajaan Baru, buku kematian ikut disertakan dikuburan, bersamaan dengan patung shabti yang dipercaya akan membantu pekerjaan mereka di akhirat. Setelah pemakaman, kerabat yang masih hidup diharapkan untuk sesekali membawa makanan ke makam dan mengucapkan doa atas nama almarhum.
Prosesi pemakaman suku Bahu di Kalimantan Timur
Bahau merupakan salah satu kelompok orang Dayak yang berdiam dalam wilayah Kabupaten Kutai Pripinsi Kalimantan Timur. Orang Bahau konon merupakan pecahan dari orang Dayak Tunjung, yang lama kelamaan seolah-olah merupakan kelompok yang berbeda, karena mengembangkan budaya sendiri. Kelompok masyarakat ini berdiam di kecamatan Long Iram, bagian dari wilayah Kabupten Kutai, Propinsi Kalimantan Timur
Dalam proses pemakaman suku Bahu memiliki kesamaan dengan prosesi pemakaman pada zaman mesir kuno, yaitu mayat dikuburkan dengan barang-barang kebutuhannya. bagi kaum pri bangsawan mungkin akan disertakan baranf-barang seperti Mandau, guci, sumpitan, tombak, perisai, parang, beliung, babi, ayam, dan lain-lain, apabila yang meninggal itu wanita barang yang dibawa disesuaikan dengan kebutuhan wanita.
Prosesi pemakaman suku Toraja
Suku Toraja adalah masyarakat yang mendiami Kabupaten Tana Toraja dan Torajara Utara di Sulawesi Selatan. Dalam adat pemakaman suku toraja memiliki persamaan dalam prosesi pemakan raja-raja Fir’aun.
Di Toraja, kematian kerap diupacarakan secara besar-besaran. Menurut keyakinan masyarakat setempat, ini dimaksudkan agar arwah manusia yang meninggal mendapat tempat yang layak di sisi Puang Matua, yang menurut kepercayaan "Alukta", adalah dewa tertinggi yang menguasai kehidupan.

Oleh karena itu biaya yang digunakan sangat banyak. Bila belum mampu untuk menguburkanya maka mayat disemanyamkan terlebih dahulu. Selama disemayamkan, jenazah biasanya diawetkan dengan menggunakan cuka atau formalin. Dan uniknya, jenazah ini disemayamkan dalam satu atap bersama dengan keluarga lain yang masih hidup.

Hidup bersama jenazah orang yang dicintai adalah suatu hal yang lazim di Toraja. Jenazah yang telah meninggal dunia diurus dan diperlakukan seperti layaknya masih hidup. Bagi mereka tidak ada masalah hidup bertahun-tahun dengan orang yang sudah meninggal.

Dalam keyakinan masyarakat Toraja, jenazah anggota keluarga yang disemayamkan, belum dimakamkan dan belum pula diupacarakan, masih dianggap sebagai manusia hidup, bukan sebagai mahluk yang telah meninggal dunia. Tubuh yang tersemayamkan di rumah, dianggap dalam posisi Tomakula', atau sakit keras.

Dengan keyakinan ini, cukup beralasan bagi masyarakat Toraja untuk memperlakukan jenazah anggota keluarganya, seperti layaknya saat masih hidup. Perlakuan istimewa terhadap orang yang sudah meninggal di Toraja, tidak terlepas dari pandangan theologis Alukta, yang masih dipegang teguh sebagian masyarakat di daerah ini. Keyakinan ini menghilangkan rasa takut, yang biasanya muncul saat harus berhubungan dengan jenazah.
Suasana duka, tidak kentara terlihat di rumah-rumah yang masih menyemayamkan jenazah anggota keluarganya. Tinggal seatap dengan jenazah keluarga yang disemayamkan di dalam rumah, akan terus berlangsung hingga biaya pelaksanaan pemakaman yang besarnya ratusan juta rupiah terkumpul, dan segala persiapan sudah dilakukan.
Bila biaya pelaksanaan pemakaman jenazah telah terpenuhi, maka seluruh anggota keluarga bersiap untuk menyelenggarakannya. Pada pelaksanaannya, seluruh kerabat, baik kerabat dekat maupun kerabat yang terhitung jauh akan berusaha untuk datang mengikuti ritual yang kental dengan nuansa kesakralan ini. Umumnya, para kerabat ini tidak hanya sekedar datang, mereka juga menyisihkan uangnya untuk disumbangkan kepada keluarga yang menyelenggarakan pemakaman ini.
Pada pelaksanaan upacara kematian di Toraja, kesan berbau mistis amat terasakan. Kuatnya pengaruh ritus keagamaan dan adat istiadat, jelas terlihat pada upacara ini. Pengaruh animistik masih menjadi bagian dari hukum tak tertulis yang ditaati sebagian masyarakat di daerah ini.
Puncak ritual pemakaman masyarakat Toraja adalah pelaksanaan prosesi pengusungan jenazah ke liang batu. Dan bila sejak disemayamkan di rumah, tidak kentara rasa duka, barulah di saat-saat seperti ini, kesedihan keluarga yang ditinggal salah seorang anggota keluarganya, terasakan. Tidak sedikit yang akhirnya meneteskan air mata, melepas kepergian anggota keluarganya.
Dalam keyakinan masyarakat Toraja, manusia hidup di atas bumi ini adalah hidup di alam pertama, sementara sesudah meninggal dunia, akan berada di alam kedua, yang disebut Puya, yang tidak lain adalah surga.
Puya adalah impian segenap masyarakat Toraja. Mengantarkan dan menyempurnakan perjalanan seorang manusia Toraja menuju Puya, adalah kewajiban masyarakat Toraja lainnya yang masih hidup. Sehingga meski harus satu atap dengan jasad mendiang sebelum dimakamkan, dan harus mengeluarkan biaya ratusan juta rupiah untuk pelaksanaan pemakaman, masyarakat Toraja melakukan hal itu dengan segenap kesadaran.
Prosesi pemakaman suku Sumba
Kaum bangsawan Sumba mempunyai tradisi untuk menyimpan mayat bertahun-tahun di rumah adat. Agar mayat tetap awet membutuhkan pangawet. Dewasa ini kebanyakan orang menggunakan zat pengawet kimia atau formalin. Bagi orang Sumba, formalin hanya merupakan tambahan dan baru dikenal dalam satu dasawarsa terakhir. Apa rahasia menyimpan mayat bertahun-tahun agar tidak bau.
sebelum mengenal formalin, orang Sumba biasa menggunakan metode pengawetan tradisional. Pengawetan tradisonal itu bermacam-macam. Ada yang menggunakan kapur sirih dicampur tembakau atau daun teh. Tetapi, yang sering digunakan adalah kapur sirih dan tembakau. Untuk lebih bertahan lama, mayat ditambah daun bidara atau dalam bahasa setempat disebut daun kom. Ada juga yang hanya menyelimuti mayat dengan ratusan lembar kain adat. Menurut beberapa tokoh adat Sumba, kain adat Sumba yang menggunakan zat pewarna asli dari tumbuh-tumbuhan sudah mengandung pengawet alami. Jadi, bau mayat akan terserap oleh kain yang dibungkuskan pada jenazah.
Untuk pengawetan metode pertama, dilakukan dengan cara menyiram kapur sirih di atas kain yang digunakan sebagai alas mayat atau pembungkus mayat. Setelah kain pertama yang ditabur kapur sirih dan tembakau, dilapisi lagi kain kedua. Kapur sirih dan tembakau ini yang akan menyerap bau, bahkan membuat jenazah kering. Setelah dibaringkan di atas lapisan yang ditabur kapur sirih, pusar jenazah ditutupi dengan cairan daun kom atau bidara yang sudah dikunyah.

Tidak sembarang orang bisa mengunyah daun kom yang akan ditaruh di pusar jenazah. Jika yang meninggal adalah lelaki tua, maka daun kom harus diambil dan dikunyah oleh perempuan muda. Cara mengambil daun kom juga menggunakan mulut seperti kambing. Daun kom itu dikunyah sampai halus dan diletakan di pusar jenazah. Demikian juga sebaliknya jika yang meninggal perempuan tua, maka yang mengambil dan mengunyah daun kom atau bidara adalah lelaki muda, dan sebaliknya apa bila yang meninggal lelaki muda, maka yang mengunyah daun kom atau bidara adalah perempuan tua, apabila yang meninggal permpuan muda yang menguyah daun kom atau daun bidara lelaki tua. Secaral ogika memang tidak ada hubungannya. Namun, pengalaman telah membuktikan metode tersebut berhasil.
Cara itu selama ini sering digunakan untuk mengawetkan mayat. Jika ingin awet lebih lama, bisa juga ditambahkan dengan air garam dan cuka nira. Caranya, rebus cuka nira, campur dengan garam sebanyak-banyaknya setelah itu diminumkan ke mayat dengan cara mengangkat kepala jenazah kemudian menuangkan air cuka campur garam ke dalam mulut mayat, kepala jenazah dibaringkan lagi. Ini dilakukan berulang-ulang hingga satu gelas air cuka campur garam habis. Namun sebelum air garam cuka diminumkan ke jenazah, jenazah harus dalam keadaan bersih. Yang dimaksud bersih adalah bersih dari seluruh kotoran yang ada dalam perut jenazah.

Dalam prosesi pemakaman, bebrapa suku yang ada di Indonesia memiliki kemiripan dengan bangsa Meir kuno yang terkenal akan kemegahan piramida. Kesamaan tersebut baik berupa proses mumifikasi maupun proses penyimpanan mayat atau penguburan mayat yang disertai dengan barang-barang yang berguna. Dalam proses penguburan hampir memiliki tujuan yang sama, yaitu barang tersebut memiliki fungsi yang akan digunakan pada kehidupan setelah mati.

Minggu, 19 Desember 2010

download google chrome

cara mudah buat download google chrome. ada di sinini buat download google chrome.

Sabtu, 18 Desember 2010

 Mooi Indie
Mooi indie yang dalam bahasa Indonesia berarti hindia molek atau Indonesia jelita adalah cara pandang seorang seniman terhadap karya seni lukis yang menampilkan atau menggambarkan keindahan alam yang ada di hindia belanda(sebutan bagi Negara jajahan belanda) atau Indonesia.
Istilah mooi indie muncul sekitar tahun 1920 sampai dengan 1938-an. Pada mulanya istilah Mooi Indie pernah dipakai untuk memberi judul reproduksi sebelas lukisan pemandangan cat air Du Chattel yang Amsterdam tahun 1930. Namun demikian istilah itu menjadi popular di Hindia Belanda semenjak S. Sudjojono memakainya untuk mengejek pelukis-pelukis pemandangan dalam tulisannya pada tahun 1939. Dia mengatakan bahwa lukisan-lukisan pemandangan yang serba bagus, serba enak, romantis bagai di surga, tenang dan damai, tidak lain hanya mengandung satu arti: Mooi Indie (Hindia Belanda yang Indah), padalah kenyataannya sangat berbeda 180 derajat yang pada saat itu penindasan yang terjadi di hindia belanda oleh penjajah belanda.
paham mooi indie menggunakan gaya naturalistic yang sama dengan Raden Saleh dan merupakan kontinunitas dari gaya Raden Saleh, mengapa demikian, karena sepeninggalanya Raden Saleh pada tahun 1877 hanya sedikt yang melanjutkan melukis dengan gaya naturalistic, setelah 50 tahun sepeninggalnya Raden Saleh barulah meuncul senima seniman baru yang menggunakan gaya naturalism, yang terkenal dengan aliran mooi indie adalah R. Abdullah Suryosubroto(1878-1914), Wakidi (1889-1979) dan Raden Mas Pirngadi (1875-1936) .

 Latar Belakang Munculnya Mooi Indie
Munculnya istilah mooi indie di indonesia tidak dengan tiba-tiba tetapi juga tidak direncanakan karena ada sebab pastilah ada akibat, pada pertengahan  abab 19 banyak pelukis yang datang ke hindia belanda(  (indonesia yang masih dijajah oleh belanda) karena panorama alam dan kebudayaan yang eksotik  di hindia belanda, hal tersebut tidak terlepas dari upaya pemerintah belanda yang ingin menciptakan negara jajahan ataun hindia belanda yang tentram, adem ayem dan tanpa pemberontakan, dan dari usaha pemerintah belanda tersebut akhirnya indonesia banyak dikunjungi oleh turis asing yang ingin menikmati eksotikan indonesia. karena banyaknya turis-turis yang datang ke indonesia dan keinginan para turis tersebut untuk membawa kenang-kenagan untuk dibawa pulang ke negara asalnya, pemerintah belanda pun memiliki ide untuk mendapat keuntungan dari para turis-turis yang datang, dengan cara bekerja sama dengan para pelukis yang ada di indonesia baik itu pelukis asing maupun peribumi untuk mengeksploitasi eksotika panorama alam dan kebudayaan indonesia ke dalam kain vas dan kemudian untuk dijual kepada turis-turis yang datang ke indonesia.  
Yang melatar belakangi munculnya istilah mooi indie tidak hanya berasal dari internal kepemeritahan penjajahan belanda tetapi ada juga yang berasal dari eksternal kepemerintahan penjajahan belanda yaitu pengaruh dari penelitian wallace tentang nusantara. Dalam bukunya “kepulauan nusantara” peneliti yang mempunyai nama lengkap Alfred Russel wallace yang membagi nusantara menjadi empat bagiaan itu mengatakan bahwa nusantara adalah negeri yang tidak cepat bebrubah, Dari setatement tersebut mooi indie juga berkembang.

 Tema dan Ciri-ciri Seni Lukis Mooi Idie
Untuk mengenali lukisan-lukisan mooi indie dapat dilihat dari penampilan fisiknya, obek yang ditampilkan oleh pelukis pada jaman mooi indie adalah landscape(pemandangan) alam yang kebanyakan dihiasi oleh gunung-gunung, pepohonan, sawah, telaga, sunga dan semua pemandangan alam yang eksotis yang ada di hindia belanda, selain itu para pelukis mooi indie juga menampilkan kecantikan dan eksotika gadis-gadis perimbumi dalam rutinitas sehari-hari, sebagai penari atau pun dalam kedaan setengah busana. Tidah kalak dengan kaum hawa, laki-laki peribumi pun sering menjadi objek lukisan di zaman tersebut. Biasanya laki-laki dilukis sebagai orang desa, penari atau sebagai bangsawan yang direkam dalam seting hindia belanda.
Dalam menampilkan objek dalam lukisanya, para pelukis mooi indie menggunakan warna-warna yang terang dan terkesan mengejar cahaya yang terang. Selain penggunaan warna mereka juga  menempatkan obyek-obyek dalam komposisi yang formal, seimbang, sehingga menghasilkan suasana tenang. sedangkan, komposisi yang mengarah pada struktur diagonal atau bloking objek-objek dari sudut kanvas untuk menimbulkan suasana tegang dan dramatis jarang dipakai dalam melukiskan lukisan mooi indie.

 Tokoh-Tokoh Pelukis Mooi Indie
Para pelukis yang beraliran mooi indie sebenarnya di bagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok petama diisi dengar orang asing yang datang dari luar begeri yang jatuh cinta dengan negeri ini dan menemukan obyek-obyek yang cocok untuk dilukis, kelompok yamg kedua adalah orang-orang belanda kelahiran hindia belanda, sedangkan kelompok ketiga adalah orang peribumi yang bebakat melukis dan mendapat ketrampilan dari dua kelompok di atas, sedangkan kelompok yang terakhir adalah orang orang  cina yang mulai muncul pada dasawarsa ketiga abad 20an.
Terlepas dari pengglompokan pelukis bedasarkan kewarganegaraanya, terdapat tiga pelukis yang terkenal pada zaman mooi indie yaitu :
  1.   R. Abdullah Suryosubroto (1878-1914).Raden abdullah suryosubroto adalah pelukis yang lahir pada tahun 1878 di semarang, beliau adalah seorang putra dari tokoh nasionalis terkenal yaitu dr. Wahidi Sudirohusodo. Raden abdullah suryosubroto adalah lulusan kedokteran di belanda tetapi sepulnganya ia ke indonesia ia memilih menjadi pelukis ia juga dikenal sebagai pelukis pertama abad 20 setelah raden saleh mengawali di tengah abad 19. Raden Abdullah Sryosubroto juga dikenal sangat piawai  dalam menggambarkan keindahannya secara terperinci. Abdullah wafat pada 1914, namun pekerjaannya sebagai pelukis aliran realis-naturalis nantinya dilanjutkan oleh puteranya, Basoeki Abdullah (1915-1993).
  2.    Wakidi (1889-1979).Wakidi lahir di plaju, sumatra barat pada tahun 1889, namun orang tuanya berasal dari semarang dan ia menetap di padang, mutra barat. Ia mulai mengenyam masa pendidikanya pada tahun 1903 di Kweekschool yaitu sekolah pendidikan guru yang berdiri pada tahun 1873. disekolah ini lah wakidi menekuni dan mendalami pelajaran menggambar dan melukis, kerja keras tersebut tidak sia-sia, sebab setelah tamat dari sekolah btersebut wakidi langgsung mendapat tawaran untuk menjadi guru lukis di sekolah tersebut.  Seiring dengan waktu yang berjalan wakidi pun menerima tawaran untuk mengajar di INS Kayu tanam yang didirikan oleh M.Syafei pada tahun 1926. disana wakidi juga menjadi guru favorit oleh kebanyakan muridnya
  3. Mas Pirngadi (1875-1936).Mas Pirngasi lahir di keluarga ningrat pada tahun1875, Mas Pirngadi belajar melukis pada pelukis belanda yaitu du chattel, stelah itu ia mengajar melukis, yang pernah menjadi muridnya yaitu sudjono dan suromo. Mas pirngasi sangat piawai dalam melukis orang dan pemandangan,  selain  itu ia juga membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan karya yang terperinci untuk royal batavia society for art dan sciences and the archeological service. 
Namun dalam melukis pemandangan alam, Abdullah dan Wakidi nampak lebih produktif maupun berkemampuan dibanding dengan Pirngadi yang tersita oleh pekerjaan rutinnya sebagai ilustrator museum antropologi di Jakarta.

 Pengaruh Mooi Indie
Dalam perkembangan seni rupa indonesia, mooi indie memiliki peranan penting, sebab aliran mooi indie memiliki dampak yang sangat bagus dalam perkembangan seni rupa, dari aliran mooi indie ini munculah seniman seniman yang bercorak naturalis dan realis, sebut saja Raden Basuki abdullah anak dari Raden Abdullah Suryosubroto, ia bertekat untuk melanjutkan garis karya ayahnya walapun ia tidak pernah bertemu ayahnya karena wafat, Selain Basoeki Abdullah, para pelukis lain yang masih meneruskan gaya realisme adalah R.M. Surjo Subanto yang juga berkesempatan belajar di negeri Belanda dengan beberapa karyanya, seperti potret ”Wanita dalam Baju Kurung”, dan masih banyak yang lainya. Selain itu dari aliran mooi indie juga melahirkan corak lukisan Sokaraja Banyumas Dan memperkaya corak seni bali yang sudah ada,yang diawali kedatangan pelukis asal jerman yang bernama Walter Spies ke bali untuk memenuhi undangan dari raja Ubud Cokorda Gede Raka Sukawati.
Selain itu ada dampak negatif yang muncul dari aliran mooi indie, yaitu penentangan terhadap mooi indie yang di pelopori oleh S.Sudjojono sehinngga melahirkan perkumpulan baru yaitu persatuan ahli gambar Indonesia atau lebih dikenal dengan nama PERSAGI.

 Penentangan Terhadap Mooi Indie
Mooi indie adalah aliran seni lukis yang banyak diminati oleh para turis di eranya namun bukan berarti mooi indie tidak memiliki kontra dalam pekembangannya mooi indi justru di katakan aliran yang tidak nasionalisme, mendukung kepermerintahan belanda.
Dikalangan seniman orang yang sangat tidak setuju dengan aliran mooi indie adalah S.Sudjojono seorang seniman yang merangkap sebagai kritikus yang memiliki pedas, murid Mas Pirngadi ini berpendapat bahwa lukisan mooi indie tidak mengungkapkan alam dan jiwa masyarakat indonesia sebenarnya melainkan, yang di gambarkan itu bukanlah timur melainkan representasi tentang Timur. Para pelukis orientalis itu selalu menggambarkan alam Indonesia yang bertumpu pada trinitas suci, pohon kelapa, gunung, sawah. S.Sudjojono juga menilai bahwa lukisan mooi indie tidak mencerminkan kenyataan bangsa, harusnya seniman juga melukiskan kehidupan nyata masyarakat indonesia yang pada saat itu di jajah oleh belanda, tema dari lukisan yangmengambarkan eksotika panorama alam hanya cocok untuk kegiatan pariwisata, dan aliran mooi indie akan menghilangkan idea dalam berkarya karena selalu menggambarka eksotika panoarma alam indonesia.

Senin, 13 Desember 2010

Sabtu 07 November 2009, Himpunan Penggiat dan Pecinta Alam Cakrawala STT - PLN Jakarta mengadakan praktek materi JALPAL, IMP dan Tali Temali di Hutan Kota Srengseng. Kegiatan ini diadakan oleh Divisi Pendidikan dan Latihan HPPA Cakrawala yang ditujukan untuk calon anggota Cakrawala periode 2009/2010.

Peserta Mencatat Barang Bawaan
Dimulai dengan praktek JALPAL atau Perencanaan Perjalanan dan Perbekalan, sesuai dengan nama materinya tujuan diadakannya praktek materi ini adalah agar para peserta terbiasa dalam perencanaan kegiatan baik dalam hal akses perjalanan maupun perbekalannya. Adapun praktek yang dilakukan diantaranya adalah peserta mempraktekkan cara untuk mempacking barang - barang bawaan mereka. Bagaimana cara penempatan barang - barang dalam tas agar. Hal ini dimaksudkan agar tas yang dibawa terasa lebih nyaman walaupun barang bawaan banyak. Selain itu peserta juga dibiasakan untuk mencek ulang dan mencatat barang - barang yang terdapat didalam tas mereka. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mereka dalam mencari barang - barang yang dibutuhkan. Hal lain yang dipraktekkan adalah bagaimana cara untuk merencanakan suatu perjalanan, dengan menggunakan rumus 5W + 1H serta rumus perjalanan ( safety procedure/ ( quality control + access ) ) x time. Dimana setiap perjalanan, apapun itu jenis kegiatannya harus mengutamakan safety procedure ( baik fisik, mental, peralatan, transportasi dll ) yang dapat menghindarkan kita dari bahaya yang bersifat subjektif.
 Peserta sedang packing barang
Selain mempraktekkan JALPAL, peserta juga mempraktekkan ilmu penaksiran atau IMP ( Iklim, Medan dan Penaksiran ) dimana praktek ini bertujuan untuk melatih peserta dalam menaksirkan sesuatu baik dalam suatu perjalanan maupun sebelum perjalanan. Hal tersebut juga sangat bermanfaat, khususnya untuk dapat mempersiapkan diri dalam suatu perjalanan ( berhubungan dengan materi JALPAL ), sehingga dapat terhindar dari bahaya subjektif ( bahaya yang ditimbulkan oleh diri sendiri ). Dalam praktek kali ini, peserta diminta untuk menaksirkan tinggi pohon, menaksirkan lebar sungai maupun mengukur kecepatan angin dengan berbagai metode yang telah diberikan pada materi kelas.

Dan yang terakhir adalah praktek Tali Temali, tujuan adanya praktek ini adalah melatih para peserta untuk menggunakan 15 simpul dasar sesuai dengan kegunaannya. Pada praktek Tali Temali ini, peserta

dibagi menjadi 3 kelompok, dimana masing - masing kelompok diberikan persaingan ( adu kecepatan dan ketangkasan ) dalam membuat berbagai simpul. Pada praktek Tali Temali ini, peseta lebih ditekankan untuk memanfaatkan simpul - simpul tersebut dalam kegiatan mountaineering, diantaranya FIGURE OF EIGHT untuk pengganti DESCENDER, atau simpul PRUSIK KING untuk RAPPELING dan Peserta Sedang Melakukan RappelingJUMARING.

Selain mempraktekkan materi - materi tersebut, peserta juga diberikan latihan mountaineering, diantaranya latihan panjat, rappeling ( komando heli atau rappeling trap ). Dengan adanya latihan tersebut diharapkan peserta sudah tidak kaku lagi dalam melakukan kegiatan - kegiatan tersebut.

Latihan dan praktek tersebut berakhir keesokan harinya, dan mudah - mudahan kegiatan tersebut dapat bermanfaat bagi peserta khususnya maupun anggota Cakrawala pada umumnya.
ogoh-ogoh di era globalisasi

Definisi Ogoh-Ogoh
Jika dilihat dari aspek tertentu ogoh-ogoh memiliki beberapa definisi, bagi orang awam ogoh–ogoh adalah boneka raksasa yang diarak keliling desa pada saat menjelang malam sebelum hari raya nyepi (ngerupukan) yang diiringi dengan gamelan bali yang disebut BLEGANJUR , kumudian untuk dibakar. Menurut Wilkipedia bahasa Indonesia,”Ogoh-ogoh adalah seni patung dalam kebudayaan bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Khala,” Bhuta berarti waktu yang tidak terukur,sedangkan Khala berarti kekuatan.dari arti kata diatas maka para cendekiawan hindu dharma mengambil kesimpulan bahwa proses perayaan Ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta, dan waktu yang maha dasyat, kekuatan itu dapat dibagi dua, pertama kekuatan bhuana agung, yang artinya kekuatan alam raya, dan kedua adalah kekuatan Bhuana alit yang bearti kekuatan dalam diri manusia. kedua kekuatan ini dapat digunakan untuk menghancurkan atau membuat dunia bertambah indah. Sedangkan Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi tahun 1986, Ogoh-Ogoh didefinisikan sebagai ondel-ondel yang beraneka ragam dengan bentuk yang menyeramkan. Di lain pihak, ditahun 2003 seorang peneliti yang bernama Laura Noszlopy meneliti “Pesta Kesenian Bali; budaya, politik, dan kesenian kontemporer Indosnesia” untuk Yayasan Arts of Afrika mendefinisikan ogoh-ogoh sebagai berikut Ogoh-ogoh adalah patung yang berukuran besar yang tebuat dari bubur kertas dan bahan pelekat yang biasanya dibuat oleh kaum remaja Bali sebagai suatu bagian dari perayaan tahunan “upacara pembersihan” (ngerupukan), yang dilaksanakan sehari sebelum perayaan Nyepi, tahun baru Hindu atau hari Nyepi.
Awal Mula Munculnya Ogoh-Ogoh
Banyaknya fersi yang yang beredar di masyarakat bali yang menjelaskan tentang awal mula munculnya ogoh-ogoh tersebut , sehingga untuk mengeathui kapan awal mula munculnya ogoh-ogoh secara pasti sangatlah sulit. Diperkirakan ogoh-ogoh tersebut dikenal sejak jaman Dalem Balingkang dimana pada saat itu ogoh-ogoh digunakan pada saat upacara pitra yadnya(upacara yang pemujaan yang ditujukan kepada para pitara dan kepada roh-roh leluhur umat hindu yang telah meninggal dunia). Pendapat lain menyebutkan ogoh-ogoh tersebut terinspirasi dari tradisi Ngusaba Ndong-Nding di desa Selat Karangasem. Perkiraan lain juga muncul dan menyebutkan barong landung yang merupakan perwujudan dari Raden Datonta dan Sri Dewi Baduga (pasangan suami istri yang berwajah buruk dan menyeramkan yang pernah berkuasa di Bali) merupakan cikal-bakal dari munculnya ogoh-ogoh yang kita kenal saat ini. Informasi lain juga menyatakan bahwa ogoh-ogoh itu muncul tahun 70-80’an.. Ada juga pendapat yang menyatakan ada kemungkinan ogoh-ogoh itu dibuat oleh para pengerajin patung yang telah merasa jenuh membuat patung yang berbahan dasar batu padas, batu atau kayu, namun disisi lain mereka ingin menunjukan kemampuan mereka dalam mematung, sehingga timbul suatu ide untuk membuat suatu patung dari bahan yang ringan supaya hasilnya nanti bisa diarak dan dipertunjukan.
Arak-arakan Ogoh-ogoh
Dalam rangkaian Nyepi di Bali yang bertepatan dengan Sasih Kesange (bulan kesange) atau pada penanggalan masehi bertepatan dibulan Maret atau April, upacara yang dilakukan berdasarkan wilayah adalah sebagai berikut:
• Di ibu kota provinsi dilakukan upacara Tawur.
• Di tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud.
• Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak.
• Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata.
• Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata.
Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara dilakukan di natar merajan (sanggah). Di situ umat menghaturkan segehan Panca Warna 9 tanding, segehan nasi sasah 100 tanding. Sedangkan di pintu masuk halaman rumah, dipajangkanlah sanggah cucuk (terbuat dari bambu) yang di tambahi dengan penjor atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut umbul-umbul dan di situ umat menghaturkan banten daksina, ajuman, peras, dandanan, tumpeng ketan sesayut, penyeneng jangan-jangan serta perlengkapannya. Pada sanggah cucuk digantungkan ketipat kelan (ketupat 6 buah), sujang berisi arak tuak. Di bawah sanggah cucuk umat menghaturkan segehan agung asoroh, segehan manca warna 9 tanding dengan olahan ayam burumbun dan tetabuhan arak, berem, tuak dan air tawar.
Setelah usai menghaturkan pecaruan, semua anggota keluarga, kecuali yang belum tanggal gigi atau semasih bayi, melakukan upacara byakala prayascita dan natab sesayut pamyakala lara malaradan di halaman rumah.
Upacara Bhuta Yajna di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan, dilaksanakan pada tengah hari sekitar pukul 11.00 - 12.00 (kala tepet). Sedangkan di tingkat desa, banjar dan rumah tangga dilaksanakan pada saat sandhyakala (sore hari). Upacara di tingkat rumah tangga, yaitu melakukan upacara mecaru. Setelah mecaru dilanjutkan dengan ngerupuk pada saat sandhyakala, lalu mengelilingi rumah membawa obor, menaburkan nasi tawur. Sedangkan untuk di tingkat desa dan banjar, umat mengelilingi wilayah desa atau banjar tiga kali dengan membawa obor dan alat bunyi-bunyian.
Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Sejak tahun 80-an, umat hindu mengusung ogoh-ogoh yang dijadikan satu dengan acara mengelilingi desa dengan membawa obor atau yang diebut acara ngerupuk. Sebelum memulai pawai ogoh-ogoh para peserta upacara atau pawai biasanya melakukan minum-minuman keras traditional yang dikenal dengan nama arak Pada umumnya ogoh-ogoh di arak menuju sutau tempat yang diberi nama sema(tempat persemanyaman umat hindu sebelum di bakar dan pada saat pembakaran mayat) kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar. Karena bukan sarana upacara, ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai dengan diiringi irama gamelan khas bali yang diberi nama Bleganjur
Patung yang dibuat dengan bahan dasar bambu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyrakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngerupuk. Karena tidak ada hubungannya dengan Hari Raya Nyepi, maka jelaslah ogoh-ogoh itu tidak mutlak ada dalam upacara tersebut. Namun benda itu tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara.
Makna yang Terkandung Dalam Pawai Ogoh-Ogoh
Ogoh-ogoh merupakan cerminan sifat-sifat negatif pada diri manusia: adharma svarupa; sehingga pengarakannya berbagai lokasi di sekitar banjar atau desa, yang melewati jalan-jalan utama sehingga tampak oleh semua warga banjar yang memiliki suatu makna tersendiri. Kehidupan selalu memiliki elemen yang positif maupun negatif, hal ini selalu ada di dalam diri manusia, dan jika kita bijaksana untuk bersedia melihatnya, kita tidak akan menyangkalnya. Ogoh-ogoh yang dibangun bersama secara swadaya oleh masyarakat banjar, secara implisit, memberikan ide bagi kita semua untuk bersedia melihat sifat-sifat negatif dalam diri kita, dan menjadi terbuka akannya, bahwa hal itu bukanlah hal yang harus ditakuti, namun untuk kita lihat dan amati bersama, sehingga kita dapat memahaminya. Tradisi ini mengingatkan masyarakat Bali khususnya. Selain itu ogoh-ogoh diarak keliling desa bertujuan agar setan-setan yang ada di sekitar desa agar ikut bersama ogoh-ogoh, Karen setan setan tersebut menganggap bahwa ogo-ogoh tersebut merupakan rumaah merak dan kemudian ikut di bakar.
minum minuman keras tradisional khas bali yang di namai arak subelum mengarak ogoh-ogoh dengan cara diangkat.mabuk karena minum arak di bali bukan sesuatu yang dilarang malah itu adalah hal yang dianjurkan oleh agama mereka,sebagqaimana kita tahu masyrakat bali yang mayoritas beragama hindu memiliki banyak sekali Dewa,begitu pula prilaku yang jahat mereka memiliki dewa untuk hal tersebut, yaitu Dewa atau Batara Kala. Sebenarnya hal ini dapat memberikan sedikit gambaran mengenai kepercayaan yang diyakini oleh orang bali, yaitu hal-hal yang terjadi di dunia ini selalu berpasangan, sebagai contoh ada orang baik dan ada juga orang jahat, ada kematian tapi ada juga bayi yang baru lahir, atau pemahaman lebih sederhananya yaitu ada warna hitam ada juga warna putih, jadi apapun yang terjadi dalam kehidupan manusia selalu berjalan dengan seimbang, jadi ritual meminum arak bagi orang yang mengarak ogoh-ogoh di anggap sebagai perwakilan dari sifat buruk yang ada di dalam diri manusia.
Bahwa beban dari berat yang mereka gendong adalah sebuah sifat negatif, seperti cerminan sifat-sifat raksasa, ketika manusia menyadari hal ini, mereka tidak akan menahan elemen-elemen ini sendirinya, dan membiarkan elemen ini menjadi tiada seperti abu dan debu yang tertiup angin. Sehingga biasanya, secara tradisional, di akhir pengarakan ogoh-ogoh, masyarakat akan membakar figur raksasa ini, boleh jadi dikatakan membakar (membiarkan terbakar habis) sifat-sifat yang seperti si raksasa.
Ketika semua beban akan sifat-sifat negatif yang selama ini mengambil (memboroskan) begitu banyak energi kehidupan seseorang, maka seseorang akan siap memulai sebuah saat yang baru, ketika segalanya menjadi hening, masyarakat diajak untuk siap memasuki dan memaknai Nyepi dengan sebuah daya hidup yang sepenuhnya baru dan berharap menemukan makna kehidupan yang sesungguhnya bagi dirinya dan segenap semesta.
Bentuk Ogoh-Ogoh
Ogoh-ogoh sendiri memiliki peranan sebagai simbol atau pemvisualisasian prosesi penetralisiran kekuatan-kekuatan negatif atau kekuatan Bhuta (kekuatan alam). Dimana ogoh-ogoh yang dibuat pada perayaan Nyepi ini merupakan perwujudan Bhuta kala yakni unsur alam yang terdiri dari air, api, cahaya, tanah, dan udara yang divisualkan dalam wujud yang menyeramkan dan bentuknya yang sangat besar, karena jika kekuatan alam itu berlebihan tentunya akan menjadi kekuatan yang merusak dan menyeramkan, ogoh-ogoh yang dibuat siang malam oleh sejumlah warga banjar itu harus ditampilkan dengan landasan konsep seni budaya yang tinggi dan dijiwai agama Hindu.pada awal mula disiptakannya ogoh-ogo dibuat dari rangka kayu dan bambu sederhana, rangka tersebut dibentuk lalu dibungkus kertas. Pada perkembangan jaman yang maju pesat ogoh-ogoh pun terimbas dampaknya, ogoh-ogoh makin berinovasi, ogoh-ogoh dibuat dengan rangka dari besi yang dirangkaikan dengan bambu yang dianyam, pembungkus bodi ogoh-ogoh pun di ganti dengan gabus atau stereofoam dengan teknik pengecatan. Tema ogoh-ogoh pun semakin berfariasi, dari tema pewayangan, modern, porno sampai politik yang tidak mencerminkan makna agama. Tema ogoh-ogoh yang diharapkan adalah sesuai dengan nilai agama Hindu yaitu tidak terlepas dari Tuhan, Manusia dan Buta Kala sebagai penyeimbang hubugan ketiganya. Ogoh-ogoh simbol Kala ini haruslah sesuai dengan sastra agama yang diatur dalam pakem dan bukan seperti yang beberapa dibuat saat ini, karena banyak kita lihat kala dibuat berbentuk manusia lucu, Rocker, punk, inul, manusia, raksasa sexy dan seronok. Tapi dari sudut pandang lain mengatakan ogoh-ogoh itu merupakan kreativitas anak muda yang mengekploitasi bentuk gejala alam dan fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat saat ini jadi tidak perlu adanya pembatasan ataupun pengekangan dalam berekspresi.
Dampak Dari Perayaan Ogoh – Ogoh
Dari peraya ogoh tersebut banyak dampak yang tibul dalam masyarakat bali atau pun dari luardampak positif namun juga menghadirkan dampak negatif . Dapak dampak tersebut seperti:
• Dampak positif dari perayaan ini seperti menjadi hiburan ter sendiri bagi umat hindu dan non hindu, menarik banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri, karena ogoh-ogoh adalah sebuah patung yang sangat besar maka di butuhkan benyak orang untuk mengaraknya dari sanalah rasa persatuan dan kesataun diantara umat hindu, dalam pebuatan ogoh-ogoh yang mengandung unsur seni dapat mehidupkan kreatifitas pada pemuda pemusi bali,
• Dampak negati yang timbul dari perayaan ogoh-ogoh seperti pertikaian baik kecil maupun besar antara warga (khususnya kaum pemuda) akan hal-hal yang secara personal tidak terkait dengan pemaknaan pangrupukan sendiri; Anda dapat bayangkan kelompok warga yang tumpah ruah ke jalan-jalan menyaksikan arak-arakan yang ada dari desa ke desa hampir di seluruh Bali. Dalam pembuatan ogoh-ogoh memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk mendapatkan biaya yang sebabyak itu para pemuda meminta sumbangan kepada para warganya. Yang menjadi masalah apa bila pemungutan sumbangan tersebut bukan pada tempatnya seperti pemuda banjar yang berbeda meminta kepada warga bajar yang berbeda, akhirnya warga menjadi resah.
Dampak negative yang terjadi karena pawai tersebut adalah hal yang wajar, tergantung bagiaman cara pandang kita untuk menanggapinya, karena dalam pawai mengarak ogoh-ogoh tersebut merupakan pawai yang sangat ramai semua orang tupah ruah di jalan raya demi menyaksikan pawai ogoh-ogoh di tambah para pengarak yang sudah mabuk dahulu sebelum mengaraknya dan tidak sadar.
Sedangkan dalam dana pembuatan ogoh-ogoh yang membutuhkan dana hinga berpuluh juga juga perlu pemikiran yang cerdas dari pemuda agar tidak membuat resah warganya.


artikel ini hanya sebagai referensi dari saya.....
mohon kritik dan saran, agar kedepannya tulisan saya bisa lebih baik....
semoga bermanfaat.......